Haul ke-124 Ki Marogan Digelar 7 Februari, Akan Hadir Ulama Asal Palestina

Dirangkai dengan aksi sosial, donor darah, sunatan massal dan lainnya

Syekh Ammar Azmi Ar-Rafati Al-Jailani (Cicit Syekh Abdul Qodir Al Jailani) Imam Besar Masjidil Aqsha (Palestina) Foto.arjunagrafika.blogspot.com

PALEMBANG | KabarSriwijaya.NET — Haul ke-124 Ki Marogan direncanakan bakal dilaksanakan pada Hari Jumat, 7 Februari 2024 pukul 17.00 WIB dilanjutkan shalat Maghrib berjemaah di Masjid Kiai Maorgan, Kertapati Palembang.

Dijadwalkan, sebagai peceramah Hikmah Haul akan hadir ulama dari Gaza Palestina, Syekh Ammar Azmi Ar-Rafati Al-Jailani (Cicit Syekh Abdul Qodir Al Jailani). Hal itu dikatakan Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Kiai Marogan Palembang, KH Ahmad Fauzan Al Hafidz.

Lebih lanjut kiai muda yang akrab dipanggil Ustadz Yayan ini menjelaskan, pada acara Haul ini akan dilakukan juga ziarah dan dzikir bersama para alim ulama, para Habaib, KH.Syafii Yunus, Ustadz Nurdin Mansyur, Ustadz Kemas Muhammad Ali dan lainnya.

Aksi Sosial

Guna memeriahkan Haul ini, menurut Ustadz Yayan, akan digelar juga kegiatan sosial, diantaranya, sunatan massal, aksi donor darah, khataman Al-Qur’an 30 Juz dan

Dzikir Asmaul Husna.

Sekilas tentang Kiai Marogan, dalam catatan manakib (biografi)-nya, sebagaimana di jelaskan Ustadz Yayan, Kiai Marogan memiliki nama asli Masagus Kiai H Abdul Hamid bin Masagus H Mahmud. Kiai Marogan merupakan seorang ulama plus pengusaha suskes di zamannya.

Dalam perjalanan hidupnya, selain melakukan dakwah, Kiai Marogan juga sebagai salah satu pengusaha sukses di bidang perkayuan. Kiai Marogan juga salah satu pemilik dan pengelola Sawmil (penggergajian kayu) di zamannya (1811-1901).

Cicit Kiai Marogan

Dikisahkan Ustadz Yayan, yang merupakan cicit Kiai Marogan, dalam menjalankan usahanya, meskipun belum di era modern, tetapi pengolahan kayu yang dilakukan, Sawmill milik Kiai Marogan sudah menggunakan teknologi mesin uap. Kemampuan gesek mesin uap, menurut Ustadz Yayan, bisa mencapai 250 papan per hari.

KH Ahmad Fauzan Al Hafidz, Cicit Kiai Marogan, dan Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Kiai Marogan Palembang (Foto.Dok.Pribadi)

“Waktu itu, usaha kakek kami, meskipun belum modern seperti sekarang, tapi sudah menggunakan mesin uap dan mampu menggesek kayu 250 papan per hari,” ujarnya.

mesin uap (foto.mesin.uma.ac.id)
Membangun Dua Masjid

Sebagai ulama dan pengusaha Sawmill, Kiai Marogan kemudian mengalokasikan keuntungan usaha Sawmill ini, untuk membangun dua masjid. Satu Masjid Lawang Kidul di Jalan Slamet Riady, RT.22/RW.01, Lorong, Lawang Kidul, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang atau di kampung 5 Ilir Pelabuhan Boom Baru, Palembang. Satu masjid lagi Masjid Kiai Marogan, Kertapati, Kecamatan Kertapati, Palembang. Lokasinya di Muara Sungai Ogan belakang stasiun Keretapi Kertapati Palembang dan satu lagi di Seberang Ilir. Bahkan makamnya juga berada di lokasi yang sama, di (Masjid Kiai Muaraogan Palembang).

Penemu Mesin Uap

Dalam sejumlah litaratur disebutkan, mesin uap ditemukan oleh James Watt. Dikutip dari buku “Mengenal Penemu Sains dan Penemuannya” (2007), James Watt lahir pada 19 Januari 1763 di Greenrock, Renfrewshire, Skotlandia.

Dalam catatan lain disebutkan, James Watt bukanlah orang pertama yang membuat mesin uap. Sebab pada tahun 1712, seorang pemuda Inggris Thomas Newcomen sudah membuat mesin uap.

James Watt - Penemu Mesin Uap
James Watt – Penemu Mesin Uap (Foto.IDNtime.com)

Namun buat Newcomen masih kurang efisien dan hanya bisa digunakan untuk pompa air dan tambang batubara sehingga masih membutuhkan banyak improvisasi.

James Watt, dala sebuah hambar dengan Mesin Uap yang ia ciptakan (Foto.IDNtimes.com)

Berawal dari mesin Newcomenlah, kemudian James Watt akhirnya melakukan reparasi besar-besaran untuk mesin uapnya. Mesin uap dalam perkembangannya, kemudian digunakan dalam pompa, lokomotif kereta api, dan kapal laut, dan sangat berperan penting pada masa Revolusi Industri di abad pertengahan.

Warisan dua Masjid di Palembang 

Warisan Kiai Marogan, selain semangat enterpruener (kewirausahaan), juga nilai sejarah dari kedua masjid yang kini mash tetap berdiri kokoh. Kedua masjid ini bagi warga Palembang dan keturunannya, memiliki kesan mendalam, secara lahir dan batin.

Masjid Kiai Muaraogan di Kertapati

Oleh sebab itu, hingga sekarang kedua masjid yang berada di pinggiran Sungai Musi Palembang ini, oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, didaftar sebagai salah satu destinasi wisata Sungai Musi atau dikenal Visit Musi, yang setiap tahunnya menjadi agenda Pemkot Palembang.

Masjid Lawang Kidul di 5 Ilir Palembang
Kiai Marogan dan Syekh Nawawi Al-Bantani

Selain seorang saudagar, Ustadz Yayan menyebutkan, Kiai Marogan merupakan seorang ulama yang luas pengaruhnya hingga ke pelosok desa di Sumsel. Terbukti setiap hari, makam Kiai Marogan sangat ramai dikunjungi para peziarah.

Kiai Marogan memiliki nama asli Masagus Kiai H Abdul Hamid bin Masagus H Mahmud.

Ustadz Yayan menyebutkan,  dalam kitab sanad periwayatan hadits yang disusun Syekh Yaasin Al-Fadani, termaktub bahwa jalur periwayatan hadits Kitab Shohih Bukhori dan Kitab Bulughul Marom beliau ambil melalui jalur sanad Syekh Abdul Hamid dari Syekh Mahmud Kanang Al-Palimbani.

“Bahkan nama Syekh Mahmud Kanang Al-Palimbani tercatat dalam biografi Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai salah seorang gurunya,” tambahnya.

Malam Kiai Marogan di Masjid Kertapati Palembang

“Diketahui, selama ini sudah sangat masyhur, bahwa jalinan hubungan beliau dengan Syekh Nawawi Al-Bantani, yang merupakan Ulama Asal Banten Maha Guru Ulama Nusantara,” tambah Ustadz Yayan.

Kiai Marogan 3 Serangkai Ulama

Ustadz Yayan menyebutkan, Syekh Mgs. Mahmud Kanang Al-Palimbani, Syekh Mgs. Abdul Hamid dan Syekh Mgs. Abdul Aziz, adalah “ulama tiga serangkai” yang tak terpisahkan satu dan lainnya.

Tiga serangkai dimulai dari seorang Abah (Ayah) yaitu Syekh Mahmud yang biasa dipanggil Cek Kanang. “Beliau seorang ulama Sufi Guru Mursyid Thoriqoh Qadiriyah. Ini bisa kita ketahui dari catatan gelar di belakang namanya Al-Qadiri,” Ustadz Yayan.

Dalam biografi Syekh Nawawi Al-Bantani yang beliau karang dalam kitab “Mishbahuz Zholam Fii Syarhil Hikam”  tercantum diantara nama guru-gurunya : Syekh Mahmud Kanang Al-Palimbani.

Namun beliau wafat dalam perjalanan menuju Kota Suci Mekkah di atas kapal. Ketika itu jenazahnya kemudian dimakamkan di Pelabuhan Aden Yaman Selatan.

Syekh Mahmud punya dua putra dan sekaligus mendidik keduanya sehingga menjadi ulama besar. Anak tertua bernama Syekh Masagus (Mgs) Abdul Hamid (Kiai Marogan)–yang mendirikan dan mewakafkan 2 buah Masjid Jamik di Kota Palembang, yaitu Masjid Muara Ogan dan Masjid Lawang Kidul.

Putra kedua (adiknya) bernama Syekh Masagus (Mgs). Abdul Aziz yang dikenal luas di daerah Gelumbang Muara Enim dengan sebutan Kiai Mudo.

“Beliau memiliki istri dan anak keturunan yang banyak di desa Kertamulia, Lembak, Alai, Sukarami, Gumai dan seterusnya,” jelas Ustadz Yayan.

Gubah Kiai Marogan

Bila ditelusuri, hingga saat ini masih terdapat rumah bekas cawisan dan tongkat dari Kiai Mudo di desa Teluk Jaya Kelekar. Kedua kakak beradik ini bersama dzuriyatnya dimakamkan di samping Masjid Muara Ogan yang disebut Gubah Kiai Marogan.

Berdomisili di Saudi Arabia

Luasnya jalinan dan silsilah Kiai Marogan, anak cucu dan cicitnya bukan hanya berdomisili di Palembang, tetapi tersebar di sejumlah negara, terutama di wilayah Saudi Arabia.

“Anak cucu dari Kiai Marogan, selain berdomisili di Kota Palembang juga banyak yang domisili di Kota Suci Mekkah, bahkan ada yang menjadi Warga Negara Saudi Arabia,” ujar Pelopor pondok-pondok dan rumah-rumah tahfidz Al-Qur’an di Sumsel ini.

Di Kota Suci Mekkah, Kiai Marogan juga meninggalkan wakaf Imarah (Apartemen) Jamaah Haji yang disewakan setiap tahun. “Hasil dari apartemen yang disewakan itu sebagian dikirim untuk anak cucunya di Palembang dan sebagian lagi yang berdomisili di Kota Suci Mekkah,” ujarnya.

Meneruskan Dakwah Kiai Marogan

Hinga kini, Ustadz Yayan yang menjadi bagian dari generasi dan anak cucunya Kiai Marogan, tetap meneruskan dakwah Ki Marogan. Kegiatannya, mengurus kedua masjid warisan Kiai Marogan, dan mendirikan lembaga pendidikan rumah tahfidz, madrasah.

PONPES KIAI MAROGAN – Salah satu area di Ponpes Tahfidz Kiai Marogan di Talang Betutu (foto.detik.sumsel)

Meneruskan “warisan ilmu ke-ulamaan” Kiai Marogan, Ustadz Yayan, atas Ridho Allah Swt dan restu dari gurunya, KH Yusuf Mansur, akhirnya pada 19 Juli 2010 dari mengabdi Ponpes Daarul Quran Jakarta, kemudian kembali ke Palembang dengan merintis pendirian Rumah Tahfidz Kiai Marogan dan rumah-rumah Tahfidz di Sumsel hingga sekarang.

“Sekarang Pondok Pesantren Kiai Marogan bukan hanya di Talang Betutu, tetapi juga sedang kita kembangkan di Inderalaya dan di Muara Kuang Ogan Ilir. Ini juga bagian warisan ilmu keulamaan dari kakek kami, yang akan terus kami pelihara dan kami kembangkan untuk kemaslahatan umat,” tambahnya.**

TEKS : TIM MEDIA PONPES KIAI MAROGAN  | EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *